Jumat, 25 November 2011

Jum'at, YES!


Hari ini hari Jum'at dan sekarang udah pukul 10 pagi sedangkan diriku masih belum mandi karena pantatku lengket di kursi depan komputer. Aku baru aja ngerasain yang namanya dijatuhin dari langit ke tujuh setelah beberapa saat dibawa terbang tinggi. Sakit banget rasanya. Tapi aku tak menangis seperti setahun yang lalu. Aku bersyukur akan apa yang terjadi hari ini. Ini kenyataan, ini kejujuran, ini menyakitkan, tapi aku harus menikmatinya dengan penuh rasa syukur. Toh kalau aku menangis juga tak akan menyelesaikan masalahku, jadi aku harus tetap tersenyum meski perih ini mulai menjalar ke seluruh tubuhku layaknya racun mematikan.

Tuhan telah sediakan aku penopang-penopang yang selalu bersedia menopangku ketika aku mulai tak sanggup berdiri. Mereka rela ikut merasakan apa yang kurasakan. Mereka rela meluangkan waktunya hanya untuk buatku kembali berdiri tegak. Kembali menantang mentari dengan keberanian penuh.

Aku akan selalu ingat rangkaian kata-kata ini,,,,
Sakitmu bebanku za.
Tapi itu menyiksamu sendiri za. Biar kita selesaikan sama-sama.
Jangan biarkan dirimu sakit za.. Aku nggak rela kamu sakit.
Makasih untuk sahabat-sahabat kecilku terutama untuk perangkai kata-kata di atas, Febraneila Primadina Kusuma. Semoga mimpi kita sama-sama terwujud kawan.. Semangat!!

Kamis, 24 November 2011

Ini Aku


Aku bunga matahari. Ingin selalu dianggap kuat di tengah badai yang terus menyapa. Aku tak takut terluka, tapi bukan berarti aku rela terluka. Aku berusaha untuk menahan air mataku meski lukaku begitu perih. Aku bangga menjadi diriku yang seperti ini meski aku tak boleh berpuas diri. Aku selalu bangga dapat mengenal bunga mawar yang menyimpan kebenciannya padaku di balik senyumnya, atau bunga melati yang selalu buatku tersenyum, juga bunga dahlia yang tak pernah lelah untuk mencoba memahamiku.
Kini aku tengah punya mimpi yang sangat besar. Aku ingin segera meraihnya hingga dapat kugenggam erat agar tak lenyap. Meski kutahu mimpi itu terlalu tinggi, namun aku akan tetap berusaha. Tak kan kupedulikan nyanyian katak di seberang sana ataupun duri-duri yang terus dilemparkan bunga mawar. Yang kuinginkan hanya ingin bahagiakan orang-orang yang telah menaruh harapan besar padaku. Orang-orang yang telah bahagiakanku dan membuatku merasa benar-benar hidup. Karena,
Ini mimpiku
Ini hidupku
Ini ceritaku

Minggu, 13 November 2011

Gue Galau tapi Gahol


Kali ini gue mau nulis dengan bahasa gahol gitu. Sorry" aja kalau bahasa yang gue pake susah dicerna bin bikin mual #biasaaja \(-_-)/
Gue mau cerita tentang hidup gue yang penuh kegalauan gituch. Sejak kecil bakat galau gue emang udah kelihatan. Gue suka diem sendiri sambil ngomong ga jelas kalau suasana hati gue baru ga beres. Parahnya, sekarang bakat galau gue semakin menjadi. Tiada hari tanpa penggalauan. Facebook sama twitter gue itu sarana paling asik buat ngembangin bakat galau gue. Tiap hari status sama tweet gue isinya cuma galau, galau, dan galau yang ga ada habis-habisnya. Penyebabnya sepele sih. Kadang gara" nilai, cinta monyet, masalah gue sama temen" gue, dan sekarang yang paling parah karena masalah gue sama anak manusia yang selalu bersikap manis sama gue padahal dia benci banget sama gue #soktaugue. Gara" masalah yang terakhir tuh, gue jadi ga bisa ketawa lepas. Rasanya ada yang gelayutan tanpa ijin di kepala gue dan bikin gue pusing ga ketulungan. Gue pengen jauh-jauh dari 'bahaya' yang satu itu tuh. Bahaya yang bakal ngehancurin hidup gue. Tapi setiap gue berusaha untuk menjauh, gue inget Adin. Gue pengen kayak Adin. Kalau ada bahaya bukannya ngejauh, tapi justru mendekati bahaya #mampugakya?
Beralih dari soal hidup gue yang ga bisa lepas dari galau, gue juga mau cerita tentang masa lalu sama masa depan gue. Di tengah-tengah keadaan yang menentukan masa depan gue, gue justru kebayang masa lalu gue. Masa lalu gue yang kayak mimpi itu. Gue suka inget masa" gue bisa lari-lari di lapangan sambil main layangan, hujan-hujanan atau ngejar ayam (Gue udah pernah nulis masalah ini di postingan gue yang judulnya 'Masa Tanpa Penggalauan'). Gue rindu banget sama persahabatan gue yang polos tapi justru penuh kejujuran. Waktu itu gue juga pernah ada pada masa yang menentukan masa depan gue. Masa-masa kelas 6 SD yang selalu menuntut gue untuk fokus, fokus, dan fokus sama pelajaran. Tapi lain sama sekarang. Kalau dulu gue punya banyak orang yang peduli sama gue; dari temen sampai guru, Sekarang justru banyak orang yang selalu mengacung-acungkan pisau tajam ke arah gue, bahkan sampai ngelukain hati gue. Gue sampai ga habis pikir tentang kontrasnya hidup gue di masa lalu dan masa kini. Mungkin emang bener, seiring berjalannya waktu tantangan hidup itu semakin berat. Dan yang sedang gue rasakan kali ini mungkin tantangan hidup yang berat seberat gunung Merapi #tetooottt. Walaupun berat, gue harus bisa ngelewatin dengan penuh ketenangan dan keikhlasan biar gue bisa punya masa depan yang lebih baik. #lebihbaik? Ya! Kalau untuk sekarang, masa depan yang lebih baik dalam arti gue bisa lulus dengan nilai maksimal sehingga gue bisa masuk SMA Teladan, SMA impian gue sejak masih berumur 3 bulan dalam kandungan #loh?. Selain itu juga bisa menjadi orang yang dapat menghargai orang lain dan diri sendiri #amin
Kayaknya sampai sini aja deh nyampahnya. Intinya gue cuma mau bilang kalau GUE GALAU tapi GAHOL...!!! Hahahaha, ga jelas banget postingan gue ini..
Pokoknya makasih aja deh dan maaf kalau ada kata yang kurang berkenan,,,
Salam anak GALAU nan GAHOL bin GA JELAS.. Sampai jumpa!!! 

Jumat, 11 November 2011

11

Hari ini, tepat pukul 11:11 tanggal 11 bulan 11 tahun 11, aku ada di ruang 11 atau ruang 'sembilan che' (kata sembilan che ada 11 huruf), SMPN 1 Bantul (kata SMPN 1 Bantul juga ada 11 huruf), yang di dalamnya ada 11 anak laki-laki. Di ruangan ini ada dua AC dengan jumlah lubang 11. Jarak pintu masuk dengan tempat dudukku ada 11 langkah. Panjang ruangan ini juga 11 langkah. Pokoknya hari ini semua harus dipaksakan hingga angka 11 muncul.

Rabu, 02 November 2011

Masa Tanpa Penggalauan

Sore ini kembali hujan, sama seperti kemarin. Aromanya masih sama ternyata seperti tiga tahun yang lalu. Aroma yang sangat kurindukan. Waktu seakan berputar, kembali ke masa-masa penuh tawa itu. 
Saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, hari-hariku seakan seperti mimpi. Penuh canda tawa, kebersamaan, kebebasan, dan kegilaan. Setiap turun hujan, aku tak pernah takut untuk berlarian di bawah rintikan hujan hingga bajuku basah. Aku justru bangga apabila bajuku telah basah kuyup. Jika hari cukup cerah, aku sering merebahkan tubuhku di lapangan hijau depan sekolahku sambil melihat awan bersama Icha dan Kunii. Kami selalu bermain tebak-tebakan tentang gambar apa yang terbentuk dari gumpalan awan putih di atas sana. Kadang, kami juga bermain dengan ayam-ayam di lapangan. Kami selalu mengejar ayam-ayam itu hingga akhirnya ayam-ayam itu pandai terbang. Icha dan Kunii juga pernah meladeni 'kegilaanku' pada masa itu. Saar itu aku baru tergila-gila dengan belalang. Setiap ke sekolah aku selalu membawa toples kaca. Saat istirahat dan pulang sekolah aku mencari belalang di halaman belakang sekolah bersama Icha dan Kunii. Saat pulang sekolah toples itu selalu terisi penuh belalang. Hingga akhirnya ada lima toples kaca yang penuh belalang di kamarku. Tapi lama-kelamaan belalang-belalang itu mati satu-persatu.
Semua kebersamaan itu kini memang tinggal kenangan. Tapi kenangan itu tak akan pernah terhapus di benak ini. Aku rindu akan masa-masa itu, aku rindu akan masa-masa tanpa penggalauan...

Rela, Ikhlas

Mungkin mereka kini meyakinkanku akan sesuatu hal yang dapat buatku bahagia. Tapi sayangnya, aku rasa semua cerita ini tak akan berakhir seperti apa yang selalu mereka katakan. Itu semua terlalu mustahil dan aku tak ingin berangan terlalu tinggi. Toh kalau aku berangan terlalu tinggi dan akhirnya aku terjatuh, aku juga yang akan merasakan sakitnya, bukan mereka. Aku ingin memikirkan hal terburuk yang dapat terjadi agar jika yang menjadi kenyataan adalah 'hal terburuk' itu, aku sudah siap. Aku ingin membuat orang lain bahagia meski aku sendiri terluka.
Ya! Intinya: aku kini rela terluka untuk orang lain karena aku yakin aku sendiri akan bahagia karenanya jika aku ikhlas menjalaninya.