Rabu, 27 Juli 2011

Waktu


Waktu berjalan dengan tempo yang sama setiap harinya. Memaksa seseorang untuk tetap mengikutinya meski waktu membatasi setiap mimipi-mimpi manusia.
Sang surya mengintip di balik awan. Separuh cahayanya jatuh ke bumi dan separuhnya lagi tertahan gumpalan awan. Ruang kelas semakin sepi. Hanya ada sebagian kecil penghuni kelas yang masih bertahan. Dinar menaruh kepalanya di atas meja. Matanya jauh menerawang. Sesekali dia menegakkan kepalanya dan kembali menaruh kepalanya. 
Suara yang tak asing lagi didengar Dinar, membangunkan Dinar dari khayalan-khayalannya. Dia menoleh cepat ke arah sumber suara itu. Senyumnya mengembang meski seketika dia sembunyikan. Dua anak yang masih asyik bercanda itu, berjalan beriringan masuk kelas. Tawa mereka semakin meledak. Sebuah sorotan tajam terarah ke mata Dinar dan dengan cepat lenyap. Dinar memalingkan muka dan berusaha menutupi rasa yang sedang ia rasakan. 
Ruang kelas yang tadinya sepi kini berubah menjadi ruangan penuh canda tawa. Tawa di sana-sini menemani muka-muka polos anak-anak itu. Semua amarah dan kesedihan seolah menghilang dan berubah menjadi kebahagiaan tak ternilai harganya.
Aku teringat ketika kamu mengajariku untuk memakai otakku dalam menghadapi masalah. Begitu sebaliknya ketika aku mengajarimu untuk memakai perasaanmu untuk menghadapi masalah. Aku juga masih ingat setiap tawa yang menghiasai hari-hari kita, dan setiap kesalahpahaman yang mendewasakan kita. Tapi hari ini aku baru ingat bahwa waktu kita tidaklah lama lagi. Masih banyak cerita dan tawa yang belum kubagi denganmu. Masih banyak pula waktu yang ingin kuhabiskan bersamamu. Bila waktu dapat kuputar, inginku kembali pada masa di mana aku baru mengenalmu.

Untuk semua teman-temanku yang membuat hidupku berarti, aku hanya ingin merangkai kata-kata ini untuk kalian...  
Riza Nurlailla (27-07-11)

Jumat, 22 Juli 2011

CINTA


Harumnya mawar bersanding dengan tajamnya duri. Menebarkan keindahan dan menyimpan begitu banyak luka...
Mentari bersinar, membakar, dan merampas hari ini. Langit-langit kelas menangis melihat tawa gadis kecil dengan mata penuh misteri ; Dinar. Di atas lantai putih, Dinar duduk termenung dan sesekali menyuguhkan tawanya. Dipandanginya tajam anak lelaki yang berlarian di depannya. Tawanya seketika pudar ketika dua pasang mata anak manusia itu bertemu. Dinar menunduk, mengais sisa-sisa keberaniannya. Bersama sebuah lagu pilu yang dinyanyikan Febri dia mengangkat kepalanya. Dia kembali tertawa bersama sebuah ketidak nyamanan dalam hatinya.

Sang malam menyusutkan harimau menjadi kucing. Mengubah merah menjadi hitam. Bintang berjatuhan dan seketika cahayanya redup. Di balik almari, Dinar meringkuk. Pipinya basah terbanjiri air yang telah menjebol bendungan yang selama ini selalu dia perkuat. 
"Cara dia memperlakukanmu beda dengan cara dia memperlakukan anak yang lain. Dia sebenarnya ingin menghargai perasaanmu kepadanya"
Suara Febri masih terus menghantui Dinar malam ini. Tak dapat ia memejamkan mata. Beribu pertanyaan memenuhi otaknya. Ingin rasanya dia menjerit sekeras mungkin, mencari sebuah kebenaran dan kepastian, serta mengubur jiwa dan raganya di tengah sunyinya malam.
"Semua rasa yang tumbuh sejak beberapa tahun lalu tak pernah dapat lenyap meski telah kucoba dengan berbagai cara untuk melenyapkannya. Rasa itu justru memakan keberanianku dan menumbuhkan rasa lain, rasa bersalah. Rasa bersalah kepada seseorang yang lebih dulu memiliki rasa itu. Tapi aku yakin Tuhan punya rencana lain dengan apa yang kini kurasakan"
Ya! Sebuah rasa cinta bukanlah rasa yang salah, bukanlah rasa penuh dosa. Cinta adalah rasa terindah di dunia ini yang membuat kita tetap hidup meskipun pernah membuat kita terluka. Cintailah seseorang dengan segenap kerendahan hati dan jangan pernah memperbudak seseorang atas nama cinta. Cinta itu milik semua orang dan tidak seharusnya kita mencegah seseorang untuk jatuh cinta....

Rabu, 20 Juli 2011

Kita Mampu


Aku ingin menjadi teman yang baik dengan segudang kekuranganku. Aku selalu berusaha memahami perasaan kalian dan membuat kalian tersenyum. Bila kalian sedih, seberapa gembiranya diriku aku tak pernah bisa tertawa lepas. Aku tak ingin menjadi egois dan hanya mementingkan diriku sendiri.
Kalian tahu? Kalian telah menjadi teman yang baik untukku. Kalian mau mendengarkan isi hatiku, memberikanku semangat, dan berbagi denganku. Apabila aku sedih, kalian tak pernah membiarkanku larut di dalamnya. Kalian berusaha membuatku tersenyum dan kembali ceria.
Maaf jika selama ini apa yang kukatakan dan kuperbuat kurang berkenan di hati kalian. Maaf juga jika selama ini aku terlalu ikut campur dalam masalah kalian. Aku akan memperbaiki semua kesalahanku dan menjadi teman kebanggaan kalian..

Teruntuk temanku di ruang kekejaman, temanku di ruang lama, dan teman-temanku yang telah membuatku mampu berdiri di sini...

Selasa, 19 Juli 2011

Arti Teman


Aku meloncat – loncat di bawah teduhnya hidup
Berlari bersama kupu – kupu,
Mengarungi lembah kehidupan
Berteriak sekeras serdadu
Dan melepas tawa penuh kebebasan

Seberkas senyum melayang mengikuti langkahku
Tertiup angin merah jambu
Dan terhempas tepat di mataku

Genggaman hangat tanpa tepi
Menyurutkan seribu amarah
Melenyapkan kekecewaan
Menghapus jejak setan berjubah hitam

Bila kupandangi wajah – wajah mereka
Aku melihat seberkas cahaya
Seberkas cahaya penuh kehangatan
Seberkas cahaya cinta,
yang membuatku tetap berdiri di tempat ini

Sabtu, 16 Juli 2011

Lagu Sendu


masalah waktu yang membuatku menyesali keadaan
bila kau mau, ijinkanku meminta sebuah lagu sendu
mulai bernyanyilah bersama gitar di tanganmu
teruslah bernyanyi hingga rindu ini terbayar


Aku Ingin Kembali


aku merasa jauh dan semakin tersudut
bila Tuhan ijinkan aku kembali
kembali ke ruang di mana telah kudapati pelajaran berharga
pelajaran bagaimana menghargai orang lain,
bagaimana berbagi,
bagaimana cara tertawa,
bahkan bagaimana cara menangis..
aku ingin sekali kembali

aku ingin kembali, kembali dalam kedamaian yang gelap
aku ingin dihargai dan bukan dibohongi
aku ingin berada pada lingkaran kejujuran

aku... aku ingin kembali

Sabtu, 02 Juli 2011

Perpisahan


Jika pertemuan adalah hal indah yang akan selalu dikenang, maka perpisahan adalah hal paling indah yang tak akan dilupakan. Meski menyakitkan, namun perpisahan adalah salah satu proses pendewasaan. Tangis dalam perpisahan akan tumbuh menjadi bunga yang semerbak harumnya. Bila ada kekhawatiran dalam perpisahan, itu adalah hal yang wajar. Takut dilupakan, tak akan membuat kita larut dalam kesedihan apabila kita percaya bahwa apapun hal yang akan terjadi nantinya semua kenangan manis akan tetap menjadi kenangan manis. Tak ada satupun orang yang menghendaki perpisahan. Tapi tak akan ada perpisahan apabila tak ada pertemuan. Jadi, bersiaplah untuk segala kemungkinan yang akan terjadi. Bisa jadi perpisahan itu ada di ujung matamu. Jangan pernah sia-siakan orang yang kini mengisi lembar hidupmu. Sebenci apapun kamu padanya, seberapa menyebalkannya dia di matamu, kamu pasti akan merindukannya jika perpisahan itu telah datang. Karena siapapun itu, mempunyai ruang tersendiri dalam hatimu. Ruang indah yang tak pernah kamu ketahui walau kamu selalu menyangkal keindahan itu. Sayangi mereka, hormati hak-hak mereka, dan tinggalkanlah kenangan indah bersama mereka...